Layanan Informasi Desa Menuju Desa Pintar Desa Maju

Geliat Konsep Potensi Desa Wisata Perkuat Pembangunan Pariwisata

Desa wisata menjadi destinasi favorit selama liburan

Desa wisata menjadi tren wisata yang terus dikembangkan sebagai salah satu bentuk pembangunan desa secara terpadu untuk mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa. Desa wisata bahkan telah ditetapkan sebagai salah satu program unggulan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Sebenarnya konsep desa wisata sudah ada tahun 2000-an. Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pengembangan Desa Wisata. Perjalanan desa wisata yang sedang berkembang sempat ”mati suri” dengan datangnya pandemi Covid-19, dengan diberlakukannya kebijakan pembatasan sosial.

Kini, pascapandemi Covid-19, tren desa wisata semakin populer mengikuti tren wisata yang cenderung menjadi personalize, customize, localize, dan smaller in size. Kondisi ini membuat jumlah desa wisata terus berkembang setiap tahun.

Merujuk data dari laman Jadesta (Jaringan Desa Wisata) Kemenparekraf, per 13 April 2024 terdapat 5.487 desa wisata yang tersebar di semua provinsi di Indonesia dengan berbagai klasifikasi, mulai dari desa wisata rintisan hingga desa wisata mandiri. Terbanyak di Jawa Timur dengan 567 desa wisata, diikuti Sumatera Barat dengan 517 desa wisata, dan Sulawesi Selatan dengan 508 desa wisata.

Kabupaten Banyuwangi di ujung timur Jawa Timur tercatat memiliki desa wisata paling banyak, yaitu 54 desa wisata. Sejumlah desa wisata di Jawa Timur sudah tersohor, mendapat banyak penghargaan, dan menjadi tujuan wisata favorit wisatawan.

Sebut saja Desa Wisata Pujon Kulon di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa wisata ini mengusung konsep wisata alam dengan menawarkan berbagai kegiatan, seperti petik sayur, outboundcamping, belajar membuat biogas, dan mengelola susu atau beternak.

Desa wisata yang dikembangkan sejak 2014 ini sudah menorehkan banyak prestasi, seperti penghargaan sebagai Desa Wisata Mandiri Inspiratif, Desa Wisata Berkelanjutan, dan Desa Brilian Nasional.

Sumber: Kompas

BUMDes ujung tombak

Selaras dengan Kemenparekraf, desa wisata juga menjadi salah satu atensi pemerintah dalam percepatan pembangunan desa. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menegaskan, pengembangan desa wisata akan menjadi salah satu program prioritas tahun 2024.

Program prioritas ini untuk memajukan sektor pariwisata di tingkat desa, menciptakan potensi ekonomi lokal yang berkelanjutan, dan mendukung pembangunan di daerah terpencil. Untuk program prioritas tersebut, Kemendes PDTT telah menganggarkan di sektor sarana prasarana desa wisata senilai Rp 24,6 miliar, dan untuk pengendalian penggunaan dana desa sebesar Rp 4,5 miliar.

Pembangunan desa di sektor ini terus dikembangkan lantaran adanya tren kunjungan ke desa wisata di Tanah Air sebesar 30 persen seusai pandemi Covid-19. Potensi tersebut harus diikuti dengan tata kelola yang baik. Keberadaan desa wisata tidak hanya dipandang sebagai potensi alam dan budaya, tetapi juga bagaimana mengelola potensi yang ada, yaitu alam dan manusianya, supaya mendatangkan kemaslahatan bagi masyarakat.

Keberadaan BUMDes dan desa wisata yang merupakan ujung tombak pemulihan ekonomi nasional pascapandemi perlu ditumbuhkan mengingat mayoritas desa wisata yang ada masih dalam tahap rintisan.

Mengutip laman masterplandesa.com, berdasarkan data dari Kemendes PDTT (bumdes.kemendesa.go.id per Maret 2023), baru terdapat 12.945 BUMDes yang telah resmi berbadan hukum. Sementara itu, sekitar 35.000 BUMDes masih dalam tahap registrasi. Dengan demikian, masih terdapat sekitar 42 persen desa yang belum memiliki BUMDes. Setidaknya sudah ada 5.037 desa wisata yang dikelola BUMDes.

Kontribusi BUMDes juga signifikan dalam meningkatkan pendapatan asli desa (PADes) sebagai salah satu sumber pendapatan APBDesa sebesar Rp 1,1 triliun pada 2017-2021. BUMDes juga berhasil menggalang investasi masyarakat dalam pengembangan usaha wisata desa, usaha niaga desa, dan usaha produktif berbasis kemitraan UMKM desa (Kompas.id, 19/1/2023).

Optimalisasi peran BUMDes perlu terus didorong untuk memperkuat keberadaan desa wisata mengingat besarnya potensi kontribusi desa wisata dalam pembangunan pariwisata nasional.

Kemenparekraf mencatat, dalam dua tahun terakhir kunjungan wisatawan ke desa wisata meningkat 30 hingga 50 persen, terutama di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Desa wisata diharapkan dapat mendorong capaian pergerakan wisatawan nusantara yang pada 2023 ditargetkan mencapai 1,4 miliar pergerakan. (LITBANG KOMPAS)

Bagikan ke:
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

February 2025
M T W T F S S
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
2425262728  

Berita Terkini

Informasi Marinyo

Gambar Bertutur

Video Pilihan

Scroll to Top

LOGIN

Lapor Kades!